Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 114 Literasi

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 114 Literasi Laporan Membaca Buku Nonfiksi Bidang Sosial Budaya Semester 1 Bab 4 Memberi Tanggapan dengan santun merupakan kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas IX Halaman 114 Kurikulum 2013 revisi terbaru.

Kunci-Jawaban-Bahasa-Indonesia-Kelas-9-Halaman-114-Literasi
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 114 Literasi

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 114 Literasi

Kegiatan Literasi

Laporan Membaca Buku Nonfiksi Bidang Sosial Budaya 

Pilih buku bidang sosial budaya yang menurutmu baik dan layak dibaca. Buku semacam ini bisa dipinjam dari perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, atau buku koleksi orang tuamu di rumah. Laporkan kepada gurumu, jika sudah disetujui isi kontrak membaca! 


Bentuk laporan dan kontrak membaca lihat Pengembangan Literasi. 

Sertakan laporanmu dengan jawaban dari pertanyaan berikut.

1. Apa hal yang paling kamu sukai dari buku tersebut, mengapa?

2. Manfaat apa yang penting untuk dibaca?

3. Adakah kalimat atau ungkapan yang mengesankan buatmu, apa itu?

4. Tulis rekomendasi kepada temanmu: Jika kamu ingin mendapatkan informasi tentang............... Bacalah buku ini.​

Kunci Jawaban : 

1. Hal yang paling saya sukai dari buku tersebut adalah buku tersebut memberikan penjelasan yang belum saya ketahui sebelumnya mengenai rumah di Yogyakarta.

2. Manfaat yang penting untuk dibaca adalah rumah memiliki arti yang penting bagi sosial budaya masyarakat Jawa.

3. Kalimat atau ungkapan yang mengesankan buat saya adalah Kalender "tidak menceritakan kapan suatu waktu, tapi menceritakan waktu macam apa" (don't tell you what time it is; they tell you what kind of time it is).

4.  Rekomendasi kepada teman saya adalah Jika kamu ingin mendapatkan informasi tentang makna rumah bagi masyarakat Jawa, bacalah buku ini


Informasi Tambahan Mengenai Buku Yang di baca:

Judul : Omah: Membaca Makna Rumah Jawa
Penulis: Revianto Budi Santoso
Penerbit: Bentang Budaya, 2000
Tebal: 260 halaman

Ringkasan Buku 

Rumah, kata sang bijak, adalah tempat mematut dua hati di bawah satu atap. Sebuah keluarga sangat bergantung pada keberadaan rumah. Karena itu, Kanjeng Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya agar selalu berdoa, "Ya Allah, berikanlah kami rumah yang luas."

Dalam budaya Jawa, rumah dikenal sebagai tempat metu-manten-mati (lahir, menikah, dan meninggal). Trilogi peristiwa penting itu sesungguhnya menggambarkan bahwa rumah, seperti kata Norberg-Schulz, seorang pakar arsitektur, berperan dalam mewujudkan posisi diri di dunia ini.

Dengan mengambil contoh rumah-rumah di Yogyakarta, yang telah dihuni setidaknya oleh dua generasi, Revianto Budi Santoso berusaha mengelaborasi makna rumah pada masyarakat Jawa. Buku yang berangkat sebagai tesis master pada School of Architecture, McGill University, Kanada, ini menarik disimak.

Alurnya mengalir. Datanya kuat. Dan Revianto menganalisis arti filosofis dalam setiap bentuk bangunan rumah Jawa. Untuk kajiannya ini, Revianto membagi tiga struktur rumah: struktur tunggal (milik pedagang kecil), multistruktur (milik perajin batik), dan keraton (rumah tinggal bangsawan).

Revianto lalu membahas setiap nama sudut dalam rumah Jawa, mulai jogan (tempat tujuan/ruang tengah), senthong (beranda), amben (ruang kerja dan istirahat), pendhapa (ruang anjang-sana), omah (ruang dalam), dan lain-lain. Setiap sudut ternyata memiliki arti penting.

Pendhapa, misalnya, selain dikenal sebagai tempat beranjangsana, juga merupakan cermin akan kemampuan seseorang membangun hubungan publik secara baik dengan tetangganya. Pendhapa adalah simbol kepedulian, kebersamaan, dan penghormatan pada tetangga.

Pada rumah tipe kedua (multi-struktur), yang mencerminkan kelas menengah, pembagian tata ruang biasanya lebih luwes. Misalnya, ruang yang agak luas, seperti amben, acap digunakan sebagai lahan usaha batik. Kaum wanita Jawa menenun motif-motif indah batik di ruang ini.

Kegiatan ini sekaligus mencerminkan bahwa secara kodrati wanita merupakan makhluk yang feminin, tekun, ulet dan -kalaupun bekerja- tidak harus mengabaikan kewajiban rumah tangganya. Sedangkan mengenai tata ruang keraton, Revianto menjelaskan secara khusus mengenai peran setiap ruang yang digunakan di tempat tinggal bangsawan itu.

Misalnya keputren. Ruang ini digunakan para klangenan (selir Sultan) yang dibagi berdasarkan urutan keutamaan mereka di sisi raja. Klangenan yang paling disenangi akan mendapat space yang lebih luas, demikian seterusnya. Sedangkan ruang Siti Hinggil Utara hanya digunakan Sultan untuk menyapa rakyatnya pada tiga momen saja: hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan peringatn Maulid Nabi.

Bab ketiga menarik dicermati lebih jauh. Di sini Revianto membahas peran rumah yang kedua, yaitu sebagai tempat manten (menikah), terutama bagi keluarga mempelai wanita. Peristiwa ini menggambarkan peralihan peran rumah dari sekadar tempat berteduh menjadi ajang ritual.

Peran rumah berikutnya adalah sebagai tempat prosesi kematian. Kematian suami selaku kepala rumah tangga biasanya diabadikan oleh istri-istrinya dengan tidak memindahkan barang apa pun yang menjadi milik suami dari rumah yang ditinggalkannya. Abdi ini menunjukan kuatnya tali hubungan suami-istri yang menjadi fondasi mengapa dua insan berlainan jenis dapat bersatu di bawah atap yang disebut sebagai rumah.

Buku ini cukup informatif untuk memahami arti rumah bagi masyarakat Jawa. Kekuasaan, kemakmuran, ketenteraman, bagi banyak masyarakat Jawa sangat ditentukan dari pilihan rumah yang dibangun. Maka, memahami omah adalah memahami kehidupan kelompok kebudayaan.

Sumber : www.cintabuku.id


Baca Juga
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Lainnya

Demikianlah Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 114 Literasi Laporan Membaca Buku Nonfiksi Bidang Sosial Budaya ini. Semoga Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 ini dapat bermanfaat untuk adik-adik semuanya. Terima kasih semoga membantu.

Posting Komentar untuk "Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 114 Literasi"